Panduan Financial Distress: Jenis, Manfaat, Penyebab, Analisis, Mengatasi, dan Contohnya

Ketika sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan, seperti tidak lagi mampu membayar tagihan, hutang dan biaya-biaya operasional tepat pada waktunya, bisa dibilang bahwa perusahaan tersebut sedang mengalami financial distress. Analisis mengenai financial distress ini sangat penting baik bagi internal perusahaan maupun pihak eksternal perusahaan, yaitu kreditor dan investor.

Bagi pihak internal perusahaan informasi terkait dengan laporan keuangan ataupun prediksi financial distress tersebut akan membantu pihak manajemen dalam melakukan perbaikan-perbaikan dan mengantisipasi kemungkinan terburuk yang mungkin saja dapat terjadi. Sedangkan bagi pihak eksternal, analisis financial distress tersebut akan memberikan gambaran lebih luas mengenai kondisi keuangan dan kemampuan perusahaan dalam mengelola investasi yang ditanamkan oleh mereka.

Financial distress jika dibiarkan begitu saja akan sangat membahayakan dan merugikan perusahaan. Oleh karena itu, mari pahami penyebab dari kondisi ini dan bagaimana cara mengatasinya.





Pengertian Financial Distress dan Jenisnya


Financial distress adalah fenomena di mana perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban sebagai debitur atas tagihan pembayaran karena tengah mengalami krisis keuangan. Perusahaan yang mengalami kondisi ini biasanya sudah berada di ambang kebangkrutan.

Pasalnya, kondisi ini diikuti dengan penurunan laba, sehingga dibutuhkan manajemen cepat dan tepat untuk mencegah kerugian tersebut. 

Kondisi financial distress ini terbagi lagi menjadi beberapa jenis yang perlu Anda pahami sebagai berikut:


1. Technical insolvency

Jenis yang pertama adalah kondisi yang diakibatkan oleh kemampuan perusahaan yang gagal membayar liabilitas jangka pendek, seperti gaji karyawan, tagihan bulanan, hutang dagang dan masih banyak lagi. 

Bila ditangani dengan sigap, technical insolvency dapat diatasi dalam kurun waktu kurang dari 1 tahun.


2. Legal bankruptcy

Legal bankruptcy disebabkan oleh masalah yang berkaitan dengan hukum. Misalnya perusahaan melakukan pelanggaran-pelanggaran berat yang mana perlu dibawa ke meja hijau untuk diselesaikan. 


3. Bankruptcy insolvency

Jenis berikutnya masih berkaitan dengan technical insolvency. Ketika perusahaan gagal melunasi liabilitas jangka pendek, ada kemungkinan kalau masalah tersebut menjadi lebih panjang sehingga berpengaruh pada kegagalan pembayaran liabilitas jangka panjang.

4. Business failure

Business failure disebabkan oleh permasalahan ekonomi di dalam perusahaan itu sendiri, yaitu kondisi di mana perusahaan gagal memenuhi target capaian keuangan perusahaan. 

Biang masalahnya dapat disebabkan oleh sektor yang tidak bisa memenuhi target, baik itu sektor produksi, sector pemasaran, maupun sektor finansial itu sendiri
.

5. Economic failure

Yang terakhir adalah economic failure, yaitu masalah yang disebabkan oleh kegagalan sistem ekonomi di suatu negara atau daerah. Misalnya masalah krisis moneter, inflasi yang tidak terkontrol, korban dari bubble economy dan lain sebagainya.

Sebagai gambaran dari kondisi ini, berikut adalah contoh financial distress dan non financial distress pada perusahaan sektor pertambangan periode 2014-2015.

Laporan Keuangan Sektor Pertambangan Periode 2014-2015
Laba (rugi) bersih periode 2014-2015 (dalam satuan jutaan rupiah)

No

Kode

Emiten

Net Income

(2015)

Net Income

(2014)

Kondisi

1.

ANTM

PT. Aneka Tambang Tbk

1.668.773.924

-883.134.817

0

2.

BYAN

PT. Bayan Resources Tbk

-68.182.304

-189.017.198

1

3.

DEWA

PT. Darma Henwa Tbk

46.575.485

8.763.521

0

4.

DOID

PT. Delta Dunia Makmur

Tbk

-5.788.723

28.218.761

0

5.

ELSA

PT. Elnusa Tbk

397.745.115

431.457.238

0

6.

ADRO

PT. Adaro Energy Tbk

151.003.760

183.244.573

0

7.

GEMS

PT. Golden Energy Mines

Tbk

20.882.671

133.821.901

0

8.

HRUM

PT. Harum Energy Tbk

-18.996.829

-2.628.331

1

9.

ITMG

PT. Indo TambangRaya

Megah Tbk

139.446.503

262.857.210

0

10.

MITI

PT. Mitra Investindo Tbk

-179.560.223

-179.560.694

1

11.

ARII

PT. Atlas Resources Tbk

-25.922.780

-24.618.466

1

12.

KKGI

PT. Resources Alam

Indonesia Tbk

5.672.213

8.006.072

0

13.

PTRO

PT. Petrosea Tbk

-12.691.306

-22.533.785

1

14.

PTBA

PT. Tambang Batubara

Bukit Asam Tbk

2.037.111

2.019.214

0

15.

TOBA

PT. Toba Bara Sejahtra

Tbk

25.724.095

35.548.674

0

16.

CTHH

PT. Citatah Tbk

1.949.752.752

1.014.316.138

0


*  
0=NFD (Non Financial Distress)
    1=FD (Financial Distress)


Manfaat Analisis Financial Distress


Informasi tekait dengan analisis financial distress ini dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu:

1. Pemberi Pinjaman (Kreditur)

Informasi kesulitan keuangan atau financial distress ini bisa dipergunakan oleh pihak kreditur dalam menentukan keputusan apakah layak sebuah perusahaan diberi pinjaman dan kemudian bermanfaat juga untuk kebijakan mengawasi atau memonitor pinjaman yang ada.

2. Investor

Saham atau obligasi yang diterbitkan perusahaan tentu saja akan sangat berkepentingan dengan investor. Investor dapat menganilisa kemungkinan bangkrut (distress) atau tidaknya perusahaan yang menjual surat berharga tersebut. 

Investor atau trader dapat mengembangkan model prediksi financial distress untuk melihat tanda-tanda kemungkinan perusahaan mengalami kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

3. Pihak Pemerintah

Pemerintah melalui Kementerian BUMN memiliki beberapa sektor usaha, yaitu perusahaan BUMN. Kementerian tersebut mempunyai tanggung jawab untuk mengawasi perusahaan-perusahaan tersebut. 

Nah, financial distress ini dapat digunakan untuk melihat dan memprediksi kemungkinan-kemungkinan adanya tanda-tanda kebangkrutan. Dengan begitu, Kementerian BUMN dapat mengambil kebijakan yang tepat untuk ke depannya terkait dengan nasib perusahaan yang sedang diawasi.

4. Manajemen

Jika perusahaan mengalami financial distress maka harus menanggung kewajiban seperti membayar biaya langsung dan juga biaya tidak langsung. Sehingga adanya model prediksi financial distress, perusahaan dapat mengantisipasi dan mencari solusi atas kebangkrutan tersebut, termasuk cara menghindari biaya langsung dan tidak langsung dari kebangkrutan. 


Penyebab, Dampak, dan Solusi untuk Mengatasi Financial Distress

Memahami penyebab-penyebab kondisi ini dapat membantu kegiatan analisis financial distress sehingga Anda dapat mengenali gejala awal sebelum masalahnya meluas. Dengan begitu Anda mempunyai persiapan lebih awal untuk menghadapi dan menyelesaikan kondisi ini. Mari ketahui beberapa penyebab terjadinya di bawah ini:

1. Penyebab Terjadinya

  • Arus kas tidak lancar

Ciri-ciri arus kas tidak lancar adalah ketidakmampuan perusahaan dalam melakukan pembelian bahan baku sesuai target, penagihan piutang tidak lancar, dan lain-lain. Apabila itu terjadi, perusahaan terancam mengalami krisis keuangan dalam waktu yang dekat.

  • Struktur modal kurang

Perusahaan yang kekurangan modal kemungkinan akan mendapat bantuan berupa liabilitas atau utang dari kreditur. Bila struktur modal didominasi oleh dana liabilitas, perusahaan Anda terancam terkena legal bankruptcy.

  • Rencana bisnis terlalu tua

Bisnis perlu direncanakan dengan baik, mulai dari rencana produksi, distribusi, keuangan dan pemasaran. Rencana yang baik adalah rencana efektif, tepat, sesuai anggaran modal dan kekinian. 

Dengan mengikuti perkembangan zaman, bisnis mempunyai peluang lebih untuk bertahan di era ketatnya persaingan saat ini.

  • Gagal memenuhi target berulang kali

Penyebab berikutnya disebabkan oleh kegagalan perusahaan dalam mencapai target secara terus menerus, sehingga perusahaan mengalami kerugian secara operasional, entah itu kegagalan menjalankan kewajiban operasional maupun gagal memenuhi target investor.

Bila tidak segera ditangani, kondisi financial distress akan berdampak buruk. Dibutuhkan campur tangan antara pimpinan perusahaan dengan pihak manajemen untuk segera menghentikan dan mencegah terjadinya kondisi krisis keuangan tersebut. Adapun solusi mengatasi kondisi ini yaitu:

2. Solusi mengatasinya


  • Melakukan merger dengan perusahaan lain

Merger adalah tindakan dengan menggabungkan dua atau lebih perusahaan menjadi satu. Perusahaan yang melakukan merger akan membeli atau mengambil seluruh aset dan liabilitas perusahaan. 

Dengan demikian, perusahaan tersebut memegang setidaknya 50% dari saham yang ada.


  • Menjual aset utama

Solusi berikutnya adalah dengan menjual beberapa aset utama, seperti tanah, gedung, mesin, kendaraan atau aset lainnya. 

Dari hasil penjualan, perusahaan mendapatkan sejumlah dana untuk melakukan operasional meski dengan modal terbatas, serta mengembalikan modal investor.


  • Restrukturisasi kredit kepada bank

Apabila perusahaan gagal dan tidak mampu membayar bunga kredit kepada bank, perusahaan dapat mengajukan restrukturisasi kredit, yaitu permohonan untuk melakukan jadwal ulang pelunasan bunga kredit.

Biasanya pihak bank akan menawarkan pemberian kredit tambahan sebagai solusi. Kredit tersebut dapat dijadikan sebagai suntikan modal agar perusahaan dapat beroperasi untuk memulihkan keadaan finansialnya.


  • Mengajukan permohonan bangkrut

Sebelum mengajukan permohonan bangkrut secara legal, perusahaan perlu melakukan pendekatan kepada kreditur dan menyampaikan rencana reorganisasi perusahaan. 

Kemudian perusahaan harus bertanggung jawab atas krisis keuangan yang sedang dialaminya kepada publik. 


  • Membatasi pengeluaran 

Perusahaan yang dilanda oleh krisis keuangan perlu memperhatikan pengeluarannya. Lakukan pembatasan modal untuk mengembangkan bisnis. 

Bisnis tetap dapat berkembang dengan modal terbatas, asalkan mempunyai rencana yang tepat. Tujuannya agar keuangan perusahaan lebih terkendali dan pemanfaatannya efisien.


Analisis Financial Distress


Metode Springate dan metode analisis altman adalah metode yang biasa digunakan untuk menganalisis kondisi financial distress. Pernyataan tersebut didasari oleh buku Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan. Inilah penjelasan detail rumus tersebut:

  • Metode analisis altman


Z = 1,21X1 + 1,4X2 + 3,3X3 + 0,64X4 + 1,0X5


Keterangan:

X1= Working Capital dibagi Total Aset

X2= Retained Earnings dibagi Total Aset

X3= Earning Before Taxes and Interest dibagi Total Aset

X4= Market Value Equity dibagi Book Value of Total Debt

X5= Sales dibagi Total Aset

Setelah dihitung dengan rumus di atas, cocokkan hasil perhitungan dengan indikator potensi kebangkrutan di bawah ini:


Nilai Z

Keterangan

Z < 1,81

Perusahaan dilanda krisis keuangan dan kebangkrutan.

1,81 ≤ Z ≤ 3

Perusahaan berpeluang mengalami krisis keuangan atau kebangkrutan.

Z > 3

Perusahaan tidak berpeluang mengalami krisis keuangan atau kebangkrutan. Perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik.



  • Metode Springate

S= 1,03X1 + 3,07X2 + 1,66X3 + 0,4X4

Keterangan:

X1 = Working Capital dibagi Total Aset
X2 = Earning Before Taxes and Interest dibagi Total Aset
X3 = Earning Before Taxes dibagi Current Liabilities
X4 = Sales dibagi Total Aset

Usai mendapatkan nilai S, sesuaikan nilai tersebut dengan kriteria potensi kebangkrutan di bawah ini:



Nilai S

Keterangan

S < 0,862

Perusahaan berpeluang mengalami krisis keuangan dan kebangkrutan.

S > 0,862

Perusahaan tidak berpeluang mengalami krisis keuangan atau kebangkrutan. Kondisi keuangan perusahaan baik.


Financial distress bisa menimpa perusahaan apa saja yang gagal memenuhi target keuangan perusahaan. Kondisi ini tidak bisa disepelekan karena mengancam operasi perusahaan, bahkan memberikan dampak jangka panjang yang merugikan perusahaan.

0 Response to "Panduan Financial Distress: Jenis, Manfaat, Penyebab, Analisis, Mengatasi, dan Contohnya"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel